BLORA - Harga cabai di tingkat petani Blora mengalami fluktuatif, bahkan sejak dilaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPPKM) Darurat mengalami kenaikan.
Penasihat Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Bambang Sulistya mengemukakan salah satu komoditas pertanian yang populer sering menjadi perbincangan publik adalah Cabai, terutama menyangkut harganya yang selalu fluktuatif.
“Bahkan kemarin saat awal dilaksanakan PPKM Darurat hargai cabai juga ikut mengalami kenaikan. Walaupun logistik untuk bahan pangan tidak dibatasi selama PPKM Darurat, tapi kenyataan adanya berbagai hambatan di transportasi dan permintaan cabai di sejumlah daerah berkurang sebagai akibat kegiatan usaha kuliner dibatasi waktu penjualanya, ” ungkap dia, di Blora, Senin (2/8/2021).
Kejadian tersebut, menurut mantan Kepala Dinas Pertanian yang juga mantan Sekda Blora itu, merupakan anomali bagi kenaikan harga Cabai tahun 2021 dan baru kali ini terjadi. “Secara normal karena pengaruh iklim setiap tahun harga cabai selalu mengalami pasang surut, ” ucap dia.
Pada masa pademi Covid-19 saat ini, Cabai juga dapat dijadikan akronim untuk memotivasi diri, dengan pengertian, C-Corona datang pasti akan membawa pesan disamping telah menimbulkan musibah pasti akan ada hikmah.
A-Aktif artinya pada masa pandemi Covid-19 ini, harus semakin aktif berolah raga, aktif hidup sehat dengan makan empat sehat lima sempurna dan menjaga kebersihan, aktif membangun persaudaraan, kekeluargaan dan kesetiakawan, aktif berbagi, aktif berpikir positif dan aktif meningkatkan kualitas ibadah.
Baca juga:
Mengenal Pupuk Dasar Menanam Cabai Rawit
|
Kemudian, B-Berinovasi artinya dengan datang musibah agar kita tetap sehat muncul berbagai inovasi baik untuk mendapatkan kesembuhan maupun upaya mencegah supaya tidak tertular virus corona.
Berikutnya, A-Ada kesempatan untuk menata kehidupan semakan baik karena kita sering bertemu dengan keluarga yang selama ini disibukkan dengan berbagai kegiatan dinas atau pekerjaan sehingga intensitas berkumpul dengan keluarga kurang.
Selanjutnya, I-Indahkan anjuran Pemerintah untuk melaksanakan Protokol Kesehatan secara disiplin. "Semoga cabai di masa pandemi mampu menggugah semangat kita untuk tegar dan tawakal dalam menerima realita dengan sesanti "Kecil kecil cabai rawit", walaupun kita dalam kesulitan ayo tetap bangkit, " katanya.
Sementara itu, seorang petani cabai Blora asal Desa Kemiri, Kecamatan Jepon, Suhud (61) yang sudah menekuni pertanian cabai selama 27 tahun mengemukakan, sebagai petani cabai dan pengamatan yang dilandasi ilmu titen (kebiasaan) dirasakan harga cabai setiap tahun pasti mengalami naik turun.
Baca juga:
Sukses Bertani Terintegrasi Tanpa Limbah
|
Hal itu, selain karena berkurang atau lebih pasokan cabai dari daerah penghasil sebagai dampak dari musim kemarau akan memengaruhi pada proses penanaman, cuaca terlalu panas, pasokan air berkurang akan memunculkan berbagai hama pada tanaman cabai, yakni trip daun dan kutu kebul yang mengakibatkan daun tak bisa berkembang sehingga tak bisa berbuah. Hujan yang tinggi juga akan memengaruhi produksi karena akan muncul penyakit bakteri dan jamur.
Disamping itu fluktuatif harga juga karena merupakan hukum ekonomi, kalau permintaan cabai lebih lebih besar dari pasokan cabai pasti harga akan naik, sebaliknya kalau permintaan lebih rendah dari pasokan dapat dipastikan harga akan turun.
Apalagi kalau masih ditambah membanjirnya produk cabai impor yang berasal dari luar negeri yang kualitasnya baik dengan harga yang lebih rendah, maka akan terjadi pukulan berat bagi petani lokal karena harga cabai pasti akan jatuh.
“Dan itu pernah terjadi pada tahun lalu harga cabai jatuh jauh di bawah standar normal sehingga pada waktu itu sampai ada imbauan dari Bupati Blora agar para ASN membeli cabai hasil panen dari petani, ” ucapnya.
Figur Suhud adalah petani yang tangguh, tegar, tahan banting dan punya tingkat kesabaran yang tinggi serta pengalaman teknis yang sangat mumpuni dalam berusaha tani cabai, karena yang bersangkutan pernah sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan Swasta Tanindo serta pernah mengikuti kursus selama 9 bulan di Jepang (Jepang Agriculture Training Program) dan mengikuti Mix Farming Sido Mulya di Ungaran.
Bahkan menjadi pengurus KTNA baik ditingkat kabupaten maupun Propinsi jawa Tengah sampai 4 periode. Disamping itu jadi langganan sebagai peserta kursus petani di tingkat provinsi dan nasional.
Dia punya jimat/tips dalam bertanam cabai, yaitu dengan menggunakan Akronim NA.
N-Niat artinya dalam setiap mengawali penanaman cabai harus diniatkan sebagai usaha dalam beribadah yang dilakukan secara hati bersih, fokus, teliti, tekun dan semangat tinggi agar memberikan hasil yang maksimal dan halal.
A-Amal, artinya hasil dari usaha tani cabai 7 persen diperuntukkan sedekah kepada kaum duafa terutama anak yatim piatu.
Suhud juga memiliki falsafah hidup dalam berusaha apapun dengan menerapkan semangat, tidak lapuk karena hujan dan tidak lekang karena panas, tetap semangat dan yakin setiap usaha yang dilakukan pasti akan memberikan hasil karena ada pertolongan dari Allah.
Menurut pendapatnya prospek berusaha tani cabai pada masa yang akan datang akan lebih baik kalau ada pengembangan teknologi budi daya yang memungkinkan untuk memprodiksi cabai di luar musim tanam atau penerapan budi daya tanaman cabai dalam rumah kaca. (MC Kab. Blora/Teguh).